Tuesday, 20 April 2021

NIKAH TIDAK DICINTAI

 



Ditanyakan kepada Abū Uṡmān an-Naisābūri, “Amal shalih apa yang paling kau harapkan manfaatnya di akhirat?”. Abū Uṡmān lantas bercerita, “Dulu ketika muda keluargaku memaksaku untuk menikah namun aku tidak mau. Suatu hari ada seorang wanita mendatangiku dan mengatakan, “Wahai Abū ‘Uṡmān sungguh aku jatuh cinta kepadamu. Aku memintamu dengan bersumpah kepada Allah agar engkau menikahiku”. Aku pun lantas mendatangi ayahnya dan ayahnya adalah seorang yang miskin. Ayahnya lantas menikahkan aku dengan anak gadisnya dan pernikahan tersebut membuat ayah mertua gembira. Saat malam pertama aku baru pertama kali melihatnya. Ternyata wanita tersebut buta sebelah, berkaki pincang dan berwajah jelek. Karena demikian besar rasa cintanya kepadaku, dia melarangku sering keluar rumah. Aku pun rajin berada di rumah dalam rangka menjaga hatinya. Aku tidak pernah sedikit pun menampakkan rasa tidak suka kepadanya padahal sebenarnya selama berumah tangga aku seakan-akan berada di atas bara api karena hati yang sebenarnya tidak mencintainya. Demikianlah kesabarannya dengan keadaan seperti ini selama 15 tahun lamanya hingga isteriku tersebut meninggal dunia. *Tidak ada satu pun yang lebih kuharapkan manfaatnya di akhirat dibandingkan amal bersabar menjaga hatinya*”. 

Ṣaid al-Khāṭir karya Ibnul Jauzi hlm 405-406, Dār al-Qalam Damaskus.

Amal andalan, amal yang paling diharapkan manfaatnya di akhirat itu berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya. Ada yang amal andalannya shalat, puasa, baca al-Qur’an, sedekah dll. Ada juga orang yang amal andalannya adalah bersabar.

Di antara sabar yang sangat besar nilainya adalah bersabar dengan kekurangan pasangan, suami atau isteri, bersabar untuk mempertahankan rumah tangga dengan segala pengorbanan yang harus dikeluarkan dan bersabar untuk tetap menampakkan cinta dan sayang kepada pasangan meski kondisi hati tidak demikian. Demikianlah kesabaran yang dicontohkan oleh Abū ‘Uṡmān yang menikah dengan seorang wanita yang berparas jelek, berkaki pincang, salah satu matanya buta dan berasal dari keluarga papa tidak punya apa-apa.

_Di antara amal istimewa seorang suami adalah menjaga hati dan perasaan isterinya serta menyenangkan hati isteri sebagaimana Abū Uṡmān yang menjaga hati dan perasaan isterinya serta memilih untuk jarang keluar rumah demi menyenangkan isteri._

Di antara amal shalih berpahala adalah _ibrār al-muqsim_, memenuhi permintaan seseorang yang meminta kepada kita untuk melakukan sesuatu dengan bersumpah menyebut nama Allah. Sebagaimana penjelasan Imam an-Nawawi hukum _ibrār al-muqsim_ itu sunnah muakkadah dengan syarat tidak menyusahkan orang yang dimintai karena dengan melakukannya orang yang meminta dengan nama Allah tersebut tidak terkena kewajiban membayar kaffarah sumpah. Dalam kasus Abū ‘Uṡmān, pada awalnya calon isteri nya bersumpah atas nama Allah agar Abū ‘Uṡmān berkenan menikahinya dan dalam rangka memuliakan nama Allah Abū ‘Uṡmān pun bersedia memenuhi permintaan wanita tersebut.  

Urgensinya melihat calon sebelum memutuskan untuk menikah dengannya. Kasus yang terjadi pada Abū ‘Uṡmān terjadi karena beliau memutuskan untuk memenuhi permintaan wanita tersebut untuk dinikahi sebelum beliau melihat dan mengetahui fisik dan paras muka wanita tersebut.

Seorang wanita diperbolehkan untuk mengajukan diri agar dinikahi oleh seorang laki-laki yang shalih. Hal ini bukanlah hal yang tercela. Bahkan ini adalah salah satu cara yang dibenarkan oleh syariat agar seorang muslimah mendapatkan pasangan hidup._

Semoga Allah anugerahkan kepada penulis dan semua pembaca tulisan ini pasangan hidup yang tulus mencintai. Aamiin.


No comments: